Sabtu, 18 Februari 2017

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FARMAKOGNOSI

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FARMAKOGNOSI
 
‘Pharmacognosy’ berasal dari penggabungan dua kata Yunani, yaitu Pharmakon (obat) dan Gnosis (pengetahuan) yang berarti, pengetahuan tentang obat-obatan. Penamaan ‘Pharmacognosy’ digunakan pertama dan terutama oleh CA Seydler, mahasiswa kedokteran di Halle / Saale, Jerman, yang dengan sungguh-sungguh  mengerjakan Analetica Pharmacognostica sebagai judul utama tesisnya pada tahun 1815. Selain itu, penelitian lebih lanjut telah mengungkapkan bahwa Schmidt telah menggunakan istilah ‘Pharmacognosis’ dalam sebuah buku monografi berjudul Lehrbuch der Materia Media (yaitu, Lecture Notes on Medical Matter) sebelum 1811, di Wina. Kompilasi ini secara eksklusif berhubungan dengan tanaman obat dan karakteristik yang sesuai.

Dari penelitian tersebut, kemudian berkembang orang Mesir kuno, Cina, India, Yunani, dan Roma menggunakan Kamper yang diketahui memiliki manfaat yang sangat besar dalam pengobatan dan penyembuhan berbagai penyakit, misalnya: secara internal sebagai stimulans dan karminatif; secara eksternal yakni sebagai antipruritic, counterirritant dan antiseptic.
Awalnya kamper diperoleh dengan hanya pendinginan minyak volatile dari sasafras, rosemery, lavender, sage, sedangkan orang-orang Yunani dan Romawi kuno memperolehnya dari produk dalam pembuatan anggur. Saat ini, kamper diperoleh pada skala besar secara sintetik (campuran rasemik) dari α-pinene yang terdapat dalam minyak terpenting.

Orang asli Afrika telah menggunakan ekstrak tumbuh-tumbuhan dalam upacara-upacara ritual mereka dimana subjek akan kehilangan gerakan tubuh yang lengkap tetapi mental harus tetap waspada selama 2 atau 3 hari. Kemudian, peradaban sebelumnya juga menemukan sejumlah minuman fermentasi karbohidrat yang berasal dari tumbuhan kaya zat yang mengandung alkohol dan cuka. Dengan berlalunya waktu mereka juga secara eksklusif produk-produk tumbuhan tertentu digunakan untuk meracuni tombak dan panah mereka dalam memangsa dan membunuh musuh-musuh. Menariknya, mereka menemukan bahwa beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan memiliki properti unik untuk menjaga kesegaran dan juga untuk masker dengan rasa dan aroma yang tidak menyenangkan.

Banyak kemajuan yang telah didapat di abad 19 ketika ahli-ahli kimia secara serius mengambil tantangan untuk mensintesis sejumlah besar senyawa organik dasar atau ‘prototype active biology’. Beberapa secara murni ‘disintesis senyawa’ pada dasarnya memiliki struktur kompleksitas yang terus meningkat dan kemudian, setelah evaluasi secara sistematis pada farmakologis dan mikrobiologi terbukti menghasilkan efek yang sangat baik dan berguna secara terapeutik. Jelas, bahwa kebanyakan dari ‘tailor-made’ senyawa yang telah ditandai dan dinyatakan memiliki indeks terapeutik ditemukan berada di luar dunia ‘pharmacognosy’ atau lebih secara khusus ‘phytochemistry’ yang sama sekali baru dengan muncul ‘jamu kimia’. Namun, disiplin khusus ini hampir terbengkalai sejak era parcelsus. Tetapi sekarang, ‘jamu kimia’ telah diakui layak dan mendapat pengakuan yang luas di seluruh dunia karena manfaat dan keuntungannya.
Singkatnya, tiga disiplin ilmu yang menjadi dasar utama sebagian besar secara umum yang berkaitan dengan pengembangan obat-obatan, adalah:
  • Farmakognosi; mencakup informasi-informasi yang relevan yang berkaitan dengan obat-obatan yang secara eksklusif berasal dari sumber-sumber alam, misalnya: tumbuhan, hewan dan mikroorganisme,
  • Kimia medisinal: meliputi sepenuhnya pengetahuan khusus tidak hanya terbatas pada ilmu ‘obat sintetik’ tetapi juga dasar-dasar ‘desain obat’, dan
  • Farmakologi: berurusan khususnya dengan kerja ‘obat’ dan masing-masing efek pada sistem kardiovaskular dan aktivitas-SSP.
Selama bertahun-tahun, dengan pertumbuhan yang luar biasa ilmu pengetahuan dan informasi berharga dari tiga disiplin ilmu tersebut di atas telah sepenuhnya muncul sebagai ‘ilmu lengkap’ dalam lingkup mereka sendiri.

Penggunaan tanaman obat sudah dilakukan orang sejak kurang lebih 2500 tahun sebelum masehi. Hal ini dapat diketahui dari lempeng tanah liat yang tersimpan di perpustakaan Ashurbanipal di Assiria, yang menyebutkan berbagai simplisia, antara lain kulit delima, opium, adas manis, madu, ragi, dan minyak jarak. Orang Yunani Kuno, seperti Hipocrates (1446 sebelum masehi), seorang tabib, juga telah mengenal kayu manis, hiosiamina, kelembak, gom arab, dan bunga kantil.

            Pada tahun 1737, Carl Linnaeus , seorang ahli botani Swedia, menulis buku “GeneraPlantarum”. Buku ini kemudian menjadi buku pedoman utama sistematika botani. Farmakognosi modern mulai dirintis oleh Theodor wilhem Christian Martius, Seorang apoteker jerman, yang dalam bukunya  “Grundriss Der Pharmacognosie Des Pflanzenreiches”telah menggolongkan simplisia menurut segi morfologi dan cara-cara untuk mengetahui kemurnian simplisia.

            Pada awal perkembangan ilmu kedokteran dan kefarmasian di dunia barat, segala sesuatu yang berkaitan dengan obat dan penggunaannya disebut sebagai materi medica atau bahan obat. Pada awal abad ke-19, materi medica dibagi menjadi farmakologi dan farmakognosi. Farmakologi mempelajari mekanisme kerja obat, sedangkan farmakognosi adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat.


            Sampai dewasa ini, perkembangan farmakognosi sudah sampai ke usaha-usaha isolasi, identifikasi, dan juga teknik-teknik kromatografi untuk tujuan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Sejarah farmasi selama berabad-abad identik dengan sejarah farmakognosi , atau studi materia medika yang diperoleh dari sumber-sumber alami-kebanyakan tumbuh-tumbuhan dan juga mineral, hewan dan jamur. (Heinrich,M ,etc,.2009)
Tinjauan sejarah ini hanya mencakup tradisi Eropa dan Asia yang telah diketahui dengan baik : obat tradisional Cina (traditional Chinese medicine/TCM), Ayurveda dan Jamu 
Istilah farmakognsi berasal dari kata Yunani yaitu:  Pharmacon (obat) dan Gnosis (ilmu pengetahuan).  Istilah ini diperkenalkan oleh S.A.Seydler, seorang mahasiswa kedokteran di Halle/Saale, Jerman, yang menggunakan judul ”Analectica Pharmacognoistica” dalam disetasinya pada tahun 1815.  Namun penelitian sejarah terakhir telah menemukan penggunaan istilah ”Farmakognosis” yang lebih awal J.A. Schmidt menggunakan istilah tersebut dalam Lehrbuch der Materia Medica, dipublikasikan di Vienna tahun 1811 yang  menjelaskan tentang studi tumbuhan obat dan sifat-sifat (classbhe.files.wordpress.com/…/pendahuluan-farmakognosisejarah.d…)

Pada akhir abad ke-20 terjadi 3 kejadian penting yang telah menghasilkan perubahan mendasar pada sikap/perilaku masyarakat dan ilmuan tentang farmakognosi.  Pertama, orang awam menemukan kegunaan seluruh tumbuhan obat atau yang umumnya mereka sebut dengan herba.  Ketidakpuasan terhadap kemanjutan dan biaya obat modern ditambah dengan makin meningkatnya depresiasi terhadap sesuatu yang bersifat ”alami” dan ”organik” telah mengakibatkan berjuta orang di seluruh dunia menambah apresiasi yang mendalam terhadap penggunaan obat tradisional untuk pengobatan bermacam penyakitnya

Hubungan Farmakognosi

Hubungan Farmakognosi dengan beberapa bidang seperti yang dibawah ini :
A.          Hubungan Farmakognosi Dengan Obat
              Perkataan    Farmakognosi    berasal    dari    dua   kata   Yunani    yaitu Pharmakon yang  berarti obat dan gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi farmakognosi berarti pengetahuan tentang obat.

              Definisi yang mencakup seluruh ruang lingkup farmakognosi diberikan oleh Fluckiger, yaitu pengetahuan secara serentak berbagai macam cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat.
Ada beberapa definisi tentang obat misalnya :

1.
Obat                  :
Yakni suatu bahan atau paduan bahan – bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok bagian badan manusia.
2.
Obat Jadi           :
Yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk yang mempunyai  nama teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau  buku- buku lain  yang ditetapkan pemerintah .
3.
Obat Paten         :
Yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas  nama  si pembuat  atau dikuasakannya  dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
4.
Obat Baru          :
Yakni obat yang terdiri dari atau berisi suatu zat baik  sebagai   bagian yang berkhasiat maupun yang tidak  berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, bahan pembantu atau komponen lain yang belum dikenal, sehingga tidak diketahui khasiat atau kemurniannya.
5.
Obat Tradisional :
Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari  bahan- bahan tersebut, cara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

B. Ruang Lingkup Farmakognosi

              Farmakognosi  adalah  sebagai  bagian  biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa, sehingga  ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang  diuraikan dalam definisi Fluckiger.  Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya  meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan organoleptis yang    seharusnya juga mencakup identifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang  terkandung dalam simplisia  dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa. Sebagai contoh :  Chloramphenicol dapat dibuat secara sintesa total, yang sebelumnya hanya dapat diperoleh dari biakkan cendawan Streptomyces venezuela.

              Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan sistimatikanya, maka diperoleh bahan alam berkhasiat obat. Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan yang siap pakai atau simplisia, disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi.

              Simplisia yang diperoleh dapat berupa rajangan atau serbuk. Jika dilakukan uji khasiat, diadakan pengujian toksisitas, uji pra klinik dan uji klinik untuk menentukan fitofarmaka atau fitomedisin ; bahan – bahan fitofarmaka inilah yang disebut obat. Bila dilakukan uji klinik, maka akan diperoleh obat jadi.
              Serbuk dari simplisia jika diekstraksi dengan menggunakan berbagai macam metode ekstraksi dengan pemilihan pelarut , maka hasilnya disebut ekstrak. Apabila ekstrak yang diperoleh ini diisolasi dengan pemisahan berbagai kromatografi, maka hasilnya disebut isolat.

              Jika isolat ini dimurnikan, kemudian ditentukan sifat – sifat fisika dan kimiawinya akan dihasilkan zat murni, yang selanjutnya dapat dilanjutkan penelitian tentang identifikasi, karakterisasi, elusidasi struktur dan spektrofotometri.

              Proses ekstraksi dari serbuk sampai diperoleh isolat bahan obat dibicarakan dalam fitokimia dan analisis fitokimia. Bahan obat jika diadakan uji toksisitas dan uji pra klinik akan didapatkan obat jadi. Mulai dari bahan obat sampat didapatnya obat jadi dapat diuraikan dalam skema berikut :

C. Hubungan Farmakognosi Dengan Botani - Zoologi

              Simplisia  harus mempunyai  identitas  botani – zoologi  yang  pasti, artinya  harus diketahui dengan tepat nama latin tanaman atau hewan dari mana  simplisia tersebut diperoleh, misalnya : menurut Farmakope Indonesia ditentukan bahwa untuk Kulit Kina harus diambil dari tanaman asal Cinchona succirubra, sedangkan jenis kina terdapat banyak sekali , yang tidak mempunyai kadar kina yang tinggi. Atas dasar pentingnya identitas botani – zoologi maka nama –nama tanaman  atau hewan dalam Farmakope selalu disebut nama latin dan tidak dengan nama   daerah, karena satu nama daerah seringkali  berlaku untuk lebih dari satu macam tanaman  sehingga dengan demikian nama daerah tidak selalu memberikan kepastian identitas. Dengan demikian menetapkan identitas botani – zoologi secara tepat adalah langkah pertama yang harus ditempuh sebelum  melakukan kegiatan-kegiatan lainnya dalam bidang farmakognosi.

D. Hubungan Farmakognosi Dengan Ilmu – Ilmu Lain 

          Sebelum kimia organik dikenal, simplisia merupakan bahan utama yang harus tersedia di tempat meramu atau meracik obat dan  umumnya diramu atau diracik  sendiri oleh tabib yang memeriksa sipenderita,  sehingga dengan cara tersebut Farmakognosi  dianggap sebagai bagian dari Materia Medika. Simplisia diapotik kemudian terdesak oleh perkembangan galenika, sehingga persediaan simplisia di apotik digantikan dengan sediaan – sediaan galenik yaitu,  tingtur, ekstrak, anggur dan lain – lain.        

           Kemudian setelah kimia organik berkembang, menyebabkan makin  terdesaknya  kedudukan simplisia di apotik - apotik. Tetapi hal ini bukan berarti  simplisia tidak diperlukan lagi, hanya  tempatnya tergeser ke pabrik - pabrik  farmasi, Tanpa  adanya simplisia di apotik tidak akan terdapat sediaan-sediaan galenik, zat kimia  murni maupun sediaan bentuk lainnya, misalnya:  serbuk, tablet,  ampul, contohnya:  Injeksi Kinin Antipirin,  Secara sepintas Kinina antipirin dibuat secara sintetis tetapi dari sediaan tersebut hanya Antipirin saja  yang dibuat sintetis  sedangkan kinina hanya dapat diperoleh jika ada Kulit Kina, sedangkan untuk mendapatkan kulit kina yang akan  ditebang atau dikuliti adalah dari jenis Cinchona yang dikehendaki. Untuk memperoleh jenis Cinchona yang dikehendaki tidak mungkin diambil dari jenis Cinchona yang  tumbuh liar, sehingga harus ada cara pengumpulan dan perkebunan yang baik dan terpelihara. Dalam perkebunan ini farmakognosi erat hubungannya dengan ilmu-ilmu lain misalnya: Biokimia, dalam pembuatan zat-zat sintetis seperti Kortison, Hidrokortison dan lain - lainnya.

              Dari contoh - contoh tersebut maka dapat diketahui bahwa ruang   lingkup Farmakognosi tidak terbatas pada pengetahuan tentang simplisia yang tertera dalam Farmakope, tetapi meliputi pemanfaatan alam  nabati- hewani dan mineral  dalam berbagai aspeknya di bidang farmasi dan Kesehatan.

PENGERTIAN FARMAKOGNOSI



       PENGERTIAN FARMAKOGNOSI

Kata farmakognosi berasal dari dua kata Yunani, yaitu Pharmakon yang berarti obat dan Gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi, farmakognosi berarti pengetahuan tentang obat.
          Farmakognosi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bahan alam, terutama dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mineral yang dapat digunakan dalam pengobatan.

Ejaan Latin

     Meskipun alfabet Latin sama dengan alfabet yang dipergunakan dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan ejaan yang disempurnakan pada bahasa Indonesia, maka  terrdapat perbedaan cara pengucapan dari beberapa huruf dan rangkaian huruf.
                       Cara pembacaan huruf – huruf atau rangkaian – rangkaian huruf Latin yang dimaksud, dapat kita lihat pada contoh – contoh  berikut ini :

Huruf atau rangkaian huruf
Dibaca sebagai
Contoh
Diucapkan sebagai
ae
e
Galangae
ga-la-nge


Lobeliae
lo-be-li-e
c
k jika diikuti huruf a, o, u  atau huruf mati
Cacao
ka-ka-o

Cola
ko-la


Curcuma
kur-ku-ma


Fructus                     
Fruk -tus
c  
s  jika diikuti  huruf          e, i, y
Cera    
Se-ra

Citri
Sit-tri


Glycyrrhiza
Gli-si-ri-sa
cc
kk  jika diikuti huruf a , o,  u
Succus
Suk-kus



cc
ks  jika diikuti huruf 
Coccinella            
Kok-si-ne-la

e,  i,  y


ch
kh jika diikuti huruf
Cinchona
Sin-ko-na

hidup


ch
h jika diikuti huruf mati
Strychni 
Strih-ni
eae
e
Dioscoreae
Di-es-ko-re
eu
e  + u
Oleum
O-le-um


Cetaceum
Se-ta-se-um
ff
f
Paraffinum
Pa-ra-fi-num
ie
i..+ ye
Iecoris
Iye-ko-ris
ii
i  + i
Aurantii
Au-ran-ti-i
j
y
Cajuputi
Ka-yu-pu-ti
ll
l
Vanilla
Va-ni-la
mm
m
Gummi
Gu-mi


Ichtammolum
Ih-ta-mo-lum
nh
n
Ipecacuanhae
I-pe-ka-ku-ane
oe
eu
Foeniculi
Feu-ni-ku-li


Asafoetida
A-sa-feu-ti-da
nn
n
Belladonna
Be-la-do-na


Sennae
Se-ne
ph
f
Orthosiphon
Or-to-si-fon
pp
p
hippoglossi
hi-po-glo-si
qu
kw
quercus
kwer-kus
rh
r
rhei
rhizoma
re-i
ri-zo-ma
rr
r
myrrha
mi-ra
sh
sy
shorea
syo-re


purshiana
pur-si-a-na
ss
s
Cassia
ka-si-a
th
t
Mentha
men-ta
tiae
sie
Liquiritiae
li-kwi-ri-sie








Huruf atau rangkaian huruf
Dibaca sebagai
Contoh
Diucapkan sebagai
x
ks jika tertera pada tengah / akhir kata
Pix
p iks

radix
ra-diks


cortex
kor-teks


bixa
bik-sa
x
s jika pada permulaan kata
xanthorrhiza
san-to-ri-za
y
i jika didahului dan / atau diikuti oleh huruf mati
hydrastis
hi-dras-tis

maydis
ma-i-dis
y
y jika diapit oleh 2 huruf hidup
papaya
pa-pa-ya




Tata Nama Latin Tanaman

1.
Nama Latin tanaman terdiri dari 2 kata, kata pertama disebut nama genus  dan   perkataan kedua disebut petunjuk species , misalnya nama  latin dari padi adalah Oryza sativa, jadi Oryza adalah genusnya  sedangkan sativa adalah petunjuk speciesnya. Huruf pertama dari genus ditulis dengan huruf besar dan   huruf pertama dari petunjuk species ditulis dengan huruf kecil .Nama ilmiah lengkap dari suatu tanaman terdiri dari nama latin   diikuti dengan  singkatan nama ahli botani yang memberikan nama  latin tersebut.
Beberapa contoh adalah sebagai berikut :

          Nama ahli botani disingkat sbg Nama tanaman lengkap

Linnaeus               L                        Oryza sativa  L
De Candolle                      DC                   Strophanthus  hispidus DC                                                                                       
Miller                               Mill                   Foeniculum vulgare Mill
Houttuyn                         Houtt                  Myristica  fragrans  Houtt
2
Nama latin tanaman tidak boleh lebih dari 2 perkataan,  jika lebih dari 2 kata (3 kata), 2  dari 3 kata tersebut harus digabungkan dengan  tanda (-) .
 Contoh  : Dryopteris filix – mas
                 Strychnos nux  - vomica
                 Hibiscus rosa - sinensis
3
Kadang- kadang terjadi penggunaan 1 nama latin terhadap 2 tanaman yang berbeda, hal ini disebut homonim dan keadaan seperti ini terjadi sehingga ahli botani lain keliru menggunakan nama latin yang  bersangkutan terhadap tanaman lain yang juga cocok dengan  uraian  morfologis tersebut.



Tata Nama Simplisia

               Dalam ketentuan umum  Farmakope Indonesia disebutkan bahwa nama simplisia nabati ditulis dengan menyebutkan nama  genus atau  species  nama  tanaman, diikuti  nama  bagian  tanaman  yang digunakan.  Ketentuan ini tidak berlaku untuk simplisia nabati yang diperoleh dari   beberapa macam tanaman dan untuk eksudat nabati.         


Contoh   :      

1.
Genus +  nama bagian tanaman        :
Cinchonae Cortex,  Digitalis  Folium,                                         Thymi Herba, Zingiberis Rhizoma
2.
Petunjuk species +  nama bagian tanaman      :
Belladonnae Herba, Serpylli  Herba,               Ipecacuanhae Radix, Stramonii Herba
3.
Genus + petunjuk species + nama bagian tanaman :
Curcuma aeruginosae Rhizoma,                                            Capsici  frutescentis Fructus

Keterangan : Nama species terdiri dari genus + petunjuk spesies
Contoh :
              Nama spesies       : Cinchona succirubra
              Nama genus         : Cinchona
              Petunjuk species : succirubra